SUNNAH

Translate

Minggu, 18 April 2021

Doa-doa yang Menyertai Gerakan Wudhu

Islam yang merupakan agama rahmatan lil ‘alamin sangat memberikan perhatian yang besar terhadap kebersihan dan kesucian. Salah satu bukti nyata ialah pensyariatan thaharah (bersuci) yang menjadi syarat sah pelaksanaan beberapa ibadah. Di dalam bersuci, ada penghargaan terhadap watak dasar manusia yang pada dasarnya mencintai kebersihan, sekaligus bentuk penghargaan terhadap Sang Khaliq saat kita menghadap-Nya. Wudhu merupakan satu di antara bentuk bersuci yang disyariatkan dalam Islam. Pada saat berwudhu, kita diperintahkan untuk membersihkan beberapa anggota tubuh kita, baik dengan cara mencuci maupun mengusapnya. Jika kita perhatikan, sebenarnya gerakan wudhu tidaklah jauh berbeda dengan tindakan mencuci muka dan lainnya yang bukan ibadah. Bedanya adalah wudhu merupakan bentuk ketaatan kita terhadap perintah Allah. Dengan demikian, agar wudhu yang kita lakukan semakin bertambah kualitas ketaatannyya, berikut ini akan kami paparkan beberapa doa yang menyertai gerakan wudhu, sebagaimana telah kami sarikan dari kitab karya Syekh Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf al-Nawawi al-Dimasyqi, Al-Adzkar al-Muntakhabah min Kalâmi Sayyidil Abrâr, (Surabaya: Kharisma, 1998). Dengan menyertakan doa dalam setiap gerakan wudhu, diharapkan wudhu yang kita lakukan bisa bertambah kualitas makna ibadahnya. Doa-doa tersebut ialah:   

1. Saat membasuh telapak tangan sebanyak 3 kali, berdoa: اللَّهُمَّ احْفَظْ يَدِيْ مِنْ مَعَاصِيْكَ كُلِّهَا Allâhumma ihfadh yadi min ma’âshîka kullahâ Artinya: “Ya Allah, jagalah kedua tanganku dari semua perbuatan maksiat.”   
2. Saat berkumur, disunnahkan berdoa di dalam hati: اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ اللَّهُمَّ اسْقِنِي مِنْ حَوْضِ نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَأْسًا لَا أَظْمَأُ بَعْدَهُ أَبَدًا Allâhumma a’inni ‘alâ dzikrika wa syukrika, Allâhumma asqini min haudli nabiyyika shallallâhu ‘alaihi wa sallam ka’san lâ adzma’a ba’dahu Abadan Artinya: “Ya Allah, tolonglah aku (untuk selalu) mengingat dan bersyukur pada-Mu. Ya Allah, beri aku minuman dari telaga Kautsar Nabi Muhammad, yang begitu menyegarkan hingga aku tidak merasa haus selamanya.” 
3. Ketika membersihkan lubang hidung, pada saat menghirup air, dalam hati berdoa: اللَّهُمَّ أَرِحْنِي رَائِحَةَ الْجَنَّةِ اللَّهُمَّ لَا تَحْرِمْنِيْ رَائِحَةَ نِعَمِكَ وَجَنَّاتِك Allâhumma Arihni Raaihatal jannah. Allâhumma lâ tahrimni râihata ni’amika wa jannatika Artinya: “Ya Allah, (izinkan) aku mencium wewangian surga. Ya Allah, jangan halangi aku mencium wanginya nikmat-nikmatmu dan wanginya surga.” Sedangkan ketika mengeluarkan air dari lubang hidung, berdoa: اَلَّلهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ رَوَائِحِ النَّارِ وَسُوْءِ الدَّارِ Allâhumma innî a’ûdzu bika min rawâihin nâr wa sû`i dâr Artinya: “Ya Allah, aku berlindung pada-Mu dari busuknya aroma neraka, dan dari buruknya tempat kembali.” 
4. Saat membasuh wajah, berdoa: اللَّهُمَّ بَيِّضْ وَجْهِيْ يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ Allâhumma bayyidl wajhi yauma tabyadldlu wujûhun wa taswaddu wujûh Artinya: “Ya Allah, putihkanlah wajahku di hari ketika wajah-wajah memutih dan menghitam.” Doa ini dipanjatkan agar di akhirat kelak Allah menggolongkan kita sebagai orang baik, dimana saat berkumpul di padang mahsyar, orang baik dicirikan dengan berwajah putih, dan sebaliknya orang jelek dicirikan dengan berwajah hitam kusam. 
5. Saat membasuh tangan kanan, berdoa: اللَّهُمَّ أَعْطِنِيْ كِتَابِيْ بِيَمِينِيْ وَحَاسِبْنِيْ حِسَابًا يَسِيرًا Allâhumma a’thinî kitâbi biyamîni, wa hâsibnî hisâban yasîran Artinya: “Ya Allah, berikanlah kitab amalku (kelak di akhirat) pada tangan kananku, dan hisablah aku dengan hisab yang ringan.” Sedangkan saat membasuh tangan kiri, berdoa: اللَّهُمَّ لَا تُعْطِنِيْ كِتَابِيْ بِشِمَالِيْ وَلَا مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِيْ Allâhumma laa tu’thini bi syimaali, wa laa min waraa`i dzahri “Ya Allah, jangan Kau berikan kitab amalku (kelak di akhirat) pada tangan kiriku, dan jangan pula diberikan dari balik punggungku.” Tentang doa diatas, kelak di akhirat nanti, Allah akan memberikan pada semua manusia, catatan amal mereka masing-masing. Apabila manusia tersebut amalnya baik, maka ia akan menerima kitab amalnya dengan tangan kanan dan berhadapan muka, namun apabila amalnya jelek, maka ia akan menerima kitab amalnya dengan tangan kiri dan diberikan dari balik punggung. 
6. Saat mengusap kepala, berdoa: اللَّهُمَّ حَرِّمْ شَعْرِيْ وَبَشَرِيْ عَلَى النَّارِ وَأَظِلَّنِيْ تَحْتَ عَرْشِكَ يَوْمَ لَا ظِلَّ إلَّا ظِلُّك Allâhumma harrim sya’ri wa basyari ‘ala an-nâri wa adzilni tahta ‘arsyika yauma lâ dzilla illa dzilluka. Artinya: “Ya Allah, halangi rambut dan kulitku dari sentuhan api neraka, dan naungi aku dengan naungan singgasana-Mu, pada hari ketika tak ada naungan selain naungan dari-Mu.” 
7. Saat mengusap telinga, berdoa: اللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ Allâhumma ij’alni minalladzîna yastami’ûnal qaula fayattabi’ûna ahsanahu. Artinya: “Ya Allah, jadikanlah aku orang-orang yang mampu mendengar ucapan dan mampu mengikuti apa yang baik dari ucapan tersebut.” 
8. Saat membasuh kaki kanan berdoa: اللهم اجْعَلْهُ سَعْيًا مَشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا. اللَّهُمَّ ثَبِّتْ قَدَمِيْ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ تَزِلُّ فِيْهِ الْأَقْدَامُ Allâhumma ij’alhu sa’yan masykûran wa dzamban maghfûran wa ‘amalan mutaqabbalan. Allâhumma tsabbit qadami ‘ala shirâthi yauma tazila fîhi al-aqdâm. Artinya: “Ya Allah, jadikanlah (segenap langkahku) sebagai usaha yang disyukuri, sebagai penyebab terampuninya dosa dan sebagai amal yang diterima. Ya Allah, mantapkanlah telapak kakiku saat melintasi jembatan shirathal mustaqim, kelak di hari ketika banyak telapak kaki yang tergelincir.” 
Dan saat membasuh kaki kiri berdoa:  اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ أَنْ تَنْزِلَ قَدَمِيْ عَنِ الصِّرَاطِ يَوْمَ تَنْزِلُ فِيْهِ أَقْدَامُ الْمُنَافِقِيْنَ Allâhumma innî a’ûdzu bika an tanzila qadamî ‘anish-shirâthi yauma tanzilu fîhi aqdâmul munâfiqîn Artinya: “Ya Allah, aku berlindung pada-Mu, dari tergelincir saat melintasi jembatan shirathal mustaqim, kelak di hari ketika banyak telapak kaki orang munafik yang tergelincir.” 
Terkait doa di atas, kelak di akhirat, semua manusia akan melewati jembatan shirathal mustaqim, yakni jembatan yang dibawahnya terdapat jurang menuju neraka, dan di ujung jembatan terdapat surga. Orang yang beriman niscaya akan mampu melewati jembatan tersebut dan menuju surga, sementara orang munafik, banyak yang tergelincir dan masuk ke jurang neraka. 

 

Senin, 07 Oktober 2019

DZIKIR HARIAN





25 Zikir Harian Nabi Muhammad SAW dan Keutamaannya


Zikir Harian Nabi Muhammad Saw harus dibuatkan contoh dan suri tauladan untuk kehidupan sehari-hari. Dengan harapan akan menentramkan hati dan jiwa sehingga bisa tetap berfikir positif dan senantiasa berhuznudzon. Isilah waktu luang Anda untuk memperbanyak dzikir, bukan untuk melamun atau membicarakan keburukan orang lain.

Keutamaan Zikir Harian Nabi Muhammad SAW

Berikut ini merupakan keutamaan melakukan dzikir yang disampaikan melalui firman Allah di dalam Al Quran dan sabda Rasulullah Saw di dalam hadits:
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.  Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. " (QS. Al Ahzab: 41-42)
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat) -Ku.”  (QS. Al Baqarah: 152)
“Jika telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan dapatkan karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak yang diizinkan kamu beruntung. ” (QS. Al Jumu'ah: 10)
“Jika kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, meminta kamumenyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kehormatan) di dunia", dan tiadalah yang menghargai bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.  201- Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa petualangan" .202 - Mereka adalah orangutan yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. " (QS. Al Baqarah: 200-202)
“Aku bergantung pada persangkaan hambaKu. Dan Aku bersamanya jika ia mengingat Aku. Jika dia mengingatKu dalam kemenangan, Akupun ingatnya dalam HatiKu. Jika ia mengingatKu dalam suatu majelis, Akupun ingatnya dalam suatu majelis yang lebih baik dari mereka. Dan jika ia kembali, sejengkal, aku akan mendekatinya sehasta. Dan jika ia mengembalikanKu sehasta, Aku akan mendekatinya sedepa. Dan jika ia melangkah maju dengan berjalan, Aku akan mendekatinya dengan berlari. ” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad)
”Maukah kuberitahukan kepadamu tentang amalan yang paling baik dan paling suci disi Tuhanmu, dan paling rendah derajatmu, dan lebih baik bagimu dari menginfakan emas dan perak, serta lebih baik bagimu demi perjuangan, kamu bisa cari tahu apa gunanya membunuhmu,” para sahabat menjawab "Ya" Sabda beliau melihat "Dzikrullah " (HR Ahmad, Tarmidzi, Ibnu Majah)
Pada artikel kali ini saya akan membahas tentang zikir harian Nabi Muhammad Saw yang akan membahas lebih lanjut, yuk kita simak bersama - sama dijelaskannya berikut ini:

Dzikir Setelah Melaksanakan Shalat

Berikut ini dzikir yang biasa dilafadzkan Rasulullah SAW sesaat setelah melaksanakan shalat baik shalat sunnah maupun shalat fardhu, antara lain:
  • Istighfar (Astagfirullah) 3 Kali
  • Tasbih (Subhanallah) 33 Kali
  • Tahmid (Alhamdulillah) 33 Kali
  • Takbir (Allahu Akbar) 33 Kali
  • Laa Ilaaha Illallaahu Wahdahuu Laa Syariika Lah, Lahul Mulku Wa Lahul Hamdu Wa Huwa'Alaa Kulli Syai'in Qadhr. “Tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah Yang Maha Esa. Tidak ada sekutu untuk-Nya. Dialah yang memiliki kekuasaan dan kerajaan yang memerintahkan, bagi-Nya segala puji-pujian yang memuji dan menghidupkan, dan Dia berkuasa atas segalanya.
  • Allaahumma antas salaamu wa minkas salaamu wa ilaika ya'uduus salaamu fa hayyinaa rabbanaa bis salaami wa adkhinal-jannata daaras salaami tabaarakta rabbanaa wa ta'aalaita yaa dzal jalaali wal ikram. "Ya Allah Engkau adalah Dzat yang memiliki kesejahteraan dan- Mulah kesejahteraan itu dan bagi- Mulah akan kembali lagi segala kesejahteraan itu. Ya Tuhan kami, hidupkanlah kami dengan sejahtera. Dan tolonglah kami ke dalam surga kampung kesejahteraan. Engkaulah yang memberdayakan yang banyak dan Engkaulah Yang Maha Tinggi, wahai Zat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. "
  • Wa ilaahukum ilaahuw waahidun laa ilaaha ilaa huwar rahmaanur rahiim. "Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan lagi Dia, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
  • Allaahumma laa maani'a limaa a'thaita wa laa mu'thiya limaa mana'ta wa laa radda limaa qadhaita wa laa yanfa'u dzal-jaddi minkal-jaddu. “Ya Allah, tidak ada yang menyediakan segala yang Engkau berikan. Dan tidak ada yang dapat memberikan segala yang Engkau larang. Dan tidak ada yang menolak apa pun yang Engkau putuskan. Dan tidak bermanfaat bagi orang kaya di sisi Engkau semua kekayaannya. ”
  • Allaahu akbar kabiiraw wal-hamdu lillaahi katsiiraw wa subhaanallahi bukrataw wa ashiila. Laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalahu, lahul mulku wa lahul hamdu yuhyii wa yumiitu wa huwa'alaa kulli syai'in qadiir. “Allah Maha Besar lagi sempurna kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah dengan puji yang banyak. Maha Suci Allah sepanjang pagi dan petang. Tidak ada Tuhan yang wajib disembah kecuali Allah Yang Maha Esa. Tidak ada sekutu untuk-Nya. Dialah yang memiliki kekuasaan dan kerajaan yang memerintahkan, bagi-Nya segala puji-pujian yang memuji dan menghidupkan, dan Dia berkuasa atas segala sesuatu. ”
  • Wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil-'aliyyil 'azhiim. Astagfirullaahal-'azhiim. “Dan tidak ada daya guna dan kekuataan yang didukung dengan pertolongan Allah Maha Tinggi lagi Maha Mulia. Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung. "

Dzikir tambahan setelah selesai shalat:

  • Yaa rabbanaa lakal-hamdu kamaa yambagii li jalaali wajhika wa'azhiimi sulthaanik.
  • Allaahumma shalli 'alaa sayyidinaa Muhammadiw wa' alaa aali sayyidinaa Muhammadin.
  • Allaahumma rabbanaa taqabbal- minnaa shalaatanaa wa shiyaamana wa rukuu'anaa wa sujuudanaa wa qu'uudanaa wa tadharru'anaa wa takhasysyu'anaa wa ta'abbudanaa wa tammim taqshiiranaa yaa Allaah yaa rabbal '
  • Allaahumma a'innaa 'alaa dzikrika wa syukrika wa husni ibaadatik.
  • Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa in lam taghfir lanaa wa tarhamnaa lanakuunanna minal-khaasiriin.
  • Rabbanaa laa tu'aakhidznaa di nasiinaa au akhtha'naa.
  • Rabbanaa wa laa tahmil-'alainaa ishran kamaa hamaltahuu 'alal-ladziina min qablinaa.
  • Rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaaqata lanaa bihii wa'fu 'annaa wagfir lanaa warhamnaa anta maulana fanshurnaa' alal qaumil-kaafiriin.
  • Allaahumma innaa nas'aluka salaamatan fid-diinformasikan, wa 'aafiyatan fil jasadi, wa ziyaadatan fil-'ilmi, wa barakatan fir-rizqi, wa taubatan qablal-mauut, wa rahmatan' indal-mauut, wa magfiratam ba'dal-mauut, Allaahumma hawwin 'alainaa fii sakaraatil-mauut, wan-najaata minan-naar, wal' afwa 'indal-hisaab.
  • Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wahab lanaa min ladunka rahmatan innaka antal-wahhab.
  • Rabbanaghfir lanaa wa li waalidiinaa wa li jamii'il- muslimiina wal-muslimaati wal-mu'miniina wal mu'minaati al-ahyaa'i minhum wal-amwaat, innakaa'alaa kulli syai'in qadiir.
  • Rabbana hab lanaa min azwaajinaa wa dzurriyyatinaa wa qurrata a'yuniw waj'alnaa lil-muttaqiina imaamaa.
  • Rabbanaa aatinaa fid-dun-yaa hasanatan wa fil aakhirati hasanatan wa qinaa 'adzaaban- naar. Allaahummagfir lanaa dzunuubanaa wa kaffir 'annaa sayyi'aatinaa wa tawaffana ma'al-abraar.
  • Rabbij'alnii muqiimash –shalaati wa min dzurriyatii rabbanaa wa taqabbal du'aa '.
  • Wa adkhilnal-jannata ma'al-abraar, yaa 'aziizu yaa gaffaru yaa rabbbal-'aalamin.
  • Subhaana rabbika rabbil-'izzati 'amma yashifuun, wa salaamun' alal-mursaliina wal-hamdu lillaahi rabbil-'aalamiin.

Dzikir pada Waktu Pagi dan Sore

Selain melakukan dzikir setelah selesai Shalat, Rasulullah juga sering melafadzkan dzikir di waktu siang dan sore. Berikut ini beberapa dzikir yang bisa dipanjatkan, antara lain:
  • Baca A'uudzu billahi mina syaitooni rrojim. "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk."
  • Baca surat Al Fatehah. “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya untuk Engkaulah yang kami minta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka; Bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. " (QS. Al-Fatehah: 1-7)
  • Baca surat An-Naas. “Katakanlah, Aku berlindung untuk Rabb (manusia yang harus diperintah). Sembahan manusia, Dari setan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada-dada manusia. Dari golongan jin dan manusia. " (QS. An-Naas: 1-6)
  • Baca surat Al-Falaq. “Katakanlah Aku berlindung pada Rabb Yang menguasai (waktu) shubuh dari kejahatan mengumpulkan-Nya. Dan dari kecelakaan malam. Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. . Serta Dari kejahatan orangutan Yang dengki apabila dia dengki” (. QS Al-Falaq: 1-5)
  • Baca surat Al Ikhlas. “Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah (Rabb) yang menyediakan segala sesuatu untuk-Nya. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada kata pun yang setara dengan-Nya. " (QS.Al-Ikhlas)
Dapat diambil kesimpulan dari artikel tentang zikir harian Nabi Muhammad Saw di atas yang diulas secara detail dan lengkap dengan menarik, dapat membantu dalam memudahkan serta memahaminya lebih dalam lagi.
Mungkin perlu dibuat sebagai bahan referensi yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan menambah wawasan bagi Anda. Sampai disini dulu ya artikel kali yang membahas tentang zikir harian Nabi Muhammad Saw. Semoga bermanfaat bagi Anda dan terima kasih telah meluangkan sedikit waktu untuk membaca artikel saya ini.
Wassalam

Selasa, 01 Oktober 2019

TERJEMAH SURAT يس

Surat Yasin Terjemahan Bahasa Sunda











Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
 
Surat Yasin (bahasa Arab : يس ) nyaéta surat ka-36 dina al Qur'an . Surat ieu diwangun ku 83 ayat, kaasup golongan surat-surat Makkiyah sarta diturunkeun sanggeus surah Al Jin . Dingaranan Ya Sin alatan dimimitian ku aksara Ya Sin . Sakumaa halna harti hurup-hurup dina abjad anu perenahna dina awal sawatara surat Al Qur'an, mangka kitu ogé harti Ya Dosa anu aya dina ayat munggaran huruf ieu, nyaéta Alloh ngisaratkeun yén sanggeus hurup kasebut baris disingkabkeun hal-hal lain: Alloh sumpah kalayan Al Qur'an yén Muhammad SAW bener-bener hiji rosul anu diutus ku Mantenna ka kaum anu tacan kungsi diutus ka maranéhanana rosul-rosul.




Ayat kaTulisan ArabTarjamah basa Sunda
1.
يس
Yaa Siin;
2.
وَٱلۡقُرۡءَانِ ٱلۡحَكِيمِ
Demi Al Qur'an nu eusina pinuh ku hikmah! (hukum, aturan & kawijaksanaan);
3.
إِنَّكَ لَمِنَ ٱلۡمُرۡسَلِينَ
Saéstuna anjeun téh (Muhammad) salah sahiji ti antara para nabi (Rasul);
4.
عَلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬
(nu aranjeuna) aya dina jalan nu lempeng (jalan tauhid & hidayah);
5.
تَنزِيلَ ٱلۡعَزِيزِ ٱلرَّحِيمِ
(Al Qur'an) anu diturunkeun ku Nu Maha Perkasa, Nu Maha Asih ka mahlukna;
6.
لِتُنذِرَ قَوۡمً۬ا مَّآ أُنذِرَ ءَابَآؤُهُمۡ فَهُمۡ غَـٰفِلُونَ
Supaya anjeun (Muhammad ku Al Qur'an ieu) ngawawadian kaom nu karuhunna teu diwawadian sahingga maranéhna talingeuh (tina kaimanan jeung kabeneran).
7.
لَقَدۡ حَقَّ ٱلۡقَوۡلُ عَلَىٰٓ أَكۡثَرِهِمۡ فَهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ
Saéstuna geus sawadina putusan (katangtuan Allah ngeunaan azab) ka lolobanaana maranéhna alatan maranéhna henteu ariman.
8.
إِنَّا جَعَلۡنَا فِىٓ أَعۡنَـٰقِهِمۡ أَغۡلَـٰلاً۬ فَهِىَ إِلَى ٱلۡأَذۡقَانِ فَهُم مُّقۡمَحُونَ
Anda dapat menggunakan bangkol-bangkol dan men-download perangkat Anda dengan cara-cara di bawah ini untuk dibangkol dan digunakan di mana-mana di bawah na gadona sahingga maranéhna taranggah.
9.
وَجَعَلۡنَا مِنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيہِمۡ سَدًّ۬ا وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدًّ۬ا فَأَغۡشَيۡنَـٰهُمۡ فَهِمۡب
Jeung kami ngayakeun lalangsé di hareupeun jeung di tukangeun maranéhna, tuluy ku Kami dtutup panonna nepi ka maranéhna henteu barisaeun nénjo.
10.
وَسَوَآءٌ عَلَيۡہِمۡ ءَأَنذَرۡتَهُمۡ أَمۡ لَمۡ تُنذِرۡهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ
Jeung bakal sarua baé keur maranehanana mah boh anjeun ngawawadian maranehna boh henteu, maranehna tetep moal ariman.
11.
إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ ٱتَّبَعَ ٱلذِّڪۡرَ وَخَشِىَ ٱلرَّحۡمَـٰنَ بِٱلۡغَيۡبِۖ فَبَشِّرۡهُ بِمَغۡفِرَةٍ۬ وَأَرٍ۬رٍ۬رٍ۬مٍ۬
Saéstuna anjeun (Muhammad) perlu ngawawadian ngan ka jalma-jalma anu nurut kana panggeuing (Al Qur'an) jeung anu sieun ka Gusti Nu Maha béréhan sanajan maranéhna téh henteu nempo Mantenna. Ku kituna geura béré kabar nu ngabungahkeun maranehna ku ayana pangampura jeung ganjaran anu mulya (Suwarga).
12.
إِنَّا نَحۡنُ نُحۡىِ ٱلۡمَوۡتَىٰ وَنَڪۡتُبُ مَا قَدَّمُواْ وَءَاثَـٰرَهُمۡۚ وَكُلَّ شَىۡءٍ أَحۡصَيۡنَـٰه ُ َ َ ِىٓ ِىٓ
Jika Kami Kami dapat membeli jalma-jalma anu geus paraéh, jeung Kami nulis saniskara lalampahan sarta tapak-lacak maranéhna. Jeung sagala perkara téh ku Kami geus dicatet, dikumpulkeun dina buku nu ngajelaskeun (Lauhil Mahfuzh).
13.
وَٱضۡرِبۡ لَهُم مَّثَلاً أَصۡحَـٰبَ ٱلۡقَرۡيَةِ إِذۡ جَآءَهَا ٱلۡمُرۡسَلُونَ
Jeung pék geura nyieun misil (umpama) pikeun maranéhna, (nyaéta) masyarakat nu baheula ka maranéhna téh geus datang para utusan.
14.
إِذۡ أَرۡسَلۡنَآ إِلَيۡہِمُ ٱثۡنَيۡنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزَنَا بِثَالِثٍ۬ فَقُالُوٓاْ إِنَ إِلَيۡكُم مَرَل
(Nyaéta) nalika Kami ngirimkeun ka maranéhna dua (utusan), tuluy maranéhna ngadustakeun, ingkar ka nu duaan eta, tuluy Kami nguatkeun ku ngutus nu katilu, sarta tiluanana pok nyarita: saéstuna kaula téh diutus ka arandika ”
15.
قَالُواْ مَآ أَنتُمۡ إِلَّا بَشَرٌ۬ مِّثۡلُنَا وَمَآ أَنزَلَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ مِن شَىۡءٍ إِنۡ أَنتُمۡ ُنَب
Maranéhna ngajawab: “Arandika taya lian manusa biasa cara kaula saréréa, jeung Gusti Nu Maha Berehan henteu nurunkeun naon-naon. Kukituna arandika téh taya lian tukang ngabohong wungkul.
16.
قَالُواْ رَبُّنَا يَعۡلَمُ إِنَّآ إِلَيۡكُمۡ لَمُرۡسَلُونَ
Maranéhna nyarita: "Pangéran kami uningaeun yén saéstuna kami téh nu diutus
ka aranjeun.
17.
وَمَا عَلَيۡنَآ إِلَّا ٱلۡبَلَـٰغُ ٱلۡمُبِيُ
Jeung kawajiban kami taya lian pikeun nepikeun (parentah Allah) sajelas-jelasna.
18.
قَالُوٓاْ إِنَّا تَطَيَّرۡنَا بِكُمۡۖ لَٮِٕن لَّمۡ تَنتَهُواْ لَنَرۡجُمَنَّكُمۡ وَلَيَمَسَّنَّك ُ َّ َذَ َذَ َذَ َذَ
Maranéhna ngajawab: “Saéstuna kaula saréréa ngarasa sial ku arandika téh. Upama arandika henteu areureun, tanwandé kaula saréréa rekam ngarajam arandika, jeung tangtu bakal tumiba ka arandika siksa nu peurih ti kaula saréréa. ”
19.
قَالُواْ طَـٰٓٮِٕرُكُم مَّعَكُمۡۚ أَٮِٕن ذُڪِّرۡتُمۚ بَلۡ أَنتُمۡ قَوۡمٌ۬ مُّسۡرِفُونَ
Maranéhna (kontrak nu tiluan) nyarita deui: “Sialna arandika téh perbawa arandika sorangan! Naha pédah arandika ku kaula saréréa digeuingkeun (terus aranjeun ngancam kaula saréréa)? Saéstuna arandika teh kaom anu ngaliwatan wates. ”
20.
وَجَآءَ مِنۡ أَقۡصَا ٱلۡمَدِينَةِ رَجُلٌ۬ يَسۡعَىٰ قَالَ يَـٰقَوۡمِ ٱتَّبِعُواْ ٱلۡمُرۡسَلِينَ
Ana jol téh aya anu datang dari tepis dayeuh (Habib An Najjar) anu gura-giru ngucapkeun: "Yeuh kaom kaula, geura narurut ka para bertemu eta.
21
ٱتَّبِعُواْ مَن لَّا يَسۡـَٔلُكُمۡ أَجۡرً۬ا وَهُم مُّهۡتَدُونَ
Geura narurut ka aranjeuna (Rasul-rasul) dan Huseu Ménta buruh ti arandika, jeung aranjeunna (Rasul-rasul) untuk jalma-jalma anu geus meunang pituduh.
22.
وَمَا لِىَ لَآ أَعۡبُدُ ٱلَّذِى فَطَرَنِى وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ
Jeung naha kaula bertaruh henteu ibadah ka Gusti Alloh anu ngayugakeun kaula jeung ngan ka Anjeunna arandika kabéh akan dipulangkeun.
23.
ءَأَتَّخِذُ مِن دُونِهِۦۤ ءَالِهَةً إِن يُرِدۡنِ ٱلرَّحۡمَـٰنُ بِضُرٍّ۬ لَّا تُغۡنِ عَنِّى شَفَـٰعَتُهُمۡانِذُ
Tidak ada masalah dengan sesembahan anu salian ti Gusti Alloh, padahal saupama (Gusti Alloh) Nu Maha béréhan ngersakeun nibankeun bala ka kaula, pasti pitulung ti éta sesembahan maranéhna téh moal aya gunana saeutik ogé mál mo ung bisa bisa ngabébaskeun kaula?
24.
إِنِّىٓ إِذً۬ا لَّفِى ضَلَـٰلٍ۬ مُّبِينٍ
Jika Anda ingin tahu apa yang harus dilakukan, Anda dapat memilih.
25.
إِنِّىٓ ءَامَنتُ بِرَبِّكُمۡ فَٱسۡمَعُونِ
Saéstuna kaula geus iman ka Gusti Alloh aranjeun (Rasul-rasul nu tilu), ku kituna daréngékeun (pangakuan iman kaula)! ”(Tapi maranehanana teh kalah ngarajam anjeuna nepi ka maotna).
26.
Unduh sekarang
Diucapkeun (ka anjeuna nu maot dirajam kaumna): "Pek geura abus ka Sawarga! Anjeuna ngagarentes:" Tada teuing hadéna upama kaum kaula nyarahoeun ieu (diasupkeun ka Sawarga);
27.
بِمَا غَفَرَ لِى رَبِّى وَجَعَلَنِى مِنَ ٱلۡمُكۡرَمِينَ
Tidak ada foto yang tersedia Gusti Alloh kaula geus maparin pangampura ka kaula jeung ngangkat kaula jadi jalma nu dimulyakeun? "
28.
وَمَآ أَنزَلۡنَا عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ مِنۢ بَعۡدِهِۦ مِن جُندٍ۬ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَمَا كُنَّا مُنزِلِينَ
Jeung Kami (Gusti Alloh) henteu nurunkeun balatentara ti langit (malaikat) ka éta kaom sanggeus anjeuna (maot dirajam), jeung Kami henteu pantes nurunkeun (malaikat).
29.
إِن كَانَتۡ إِلَّا صَيۡحَةً۬ وَٲحِدَةً۬ فَإِذَا هُمۡ خَـٰمِدُونَ
Taya siksaan keuraranan anging ku jumerit sakali, mangka sapada harita maranéhna binasa.
30.
يَـٰحَسۡرَةً عَلَى ٱلۡعِبَادِ‌ۚ مَا يَأۡتِيهِم مِّن رَّسُولٍ إِلَّا كَانُواْ بِهِۦ يَسۡتَہۡزِءُونَ
Deudeuh karunya meminta ku gede hanjakal maranehanana, datang ke sini untuk melihat Rosul anging ku maranéhanana sok digeuhgeuykeun.
31.
أَلَمۡ يَرَوۡاْ كَمۡ أَهۡلَكۡنَا قَبۡلَهُم مِّنَ ٱلۡقُرُونِ أَنَّہُمۡ إِلَيۡہِمۡ لَا يَرۡجۡعُونَ
Naha maranéhna henteu nariténan yén kacida lobana umat-umat anu saheulaeunana anu ku Kami geus dibinasakeun? Saéstuna jalma-jalma (anu geus dibinasakaeun) henteu baralik deui ka maranéhna (ka dunya).
32.
وَإِن كُلٌّ۬ لَّمَّا جَمِيعٌ۬ لَّدَيۡنَا مُحۡضَرُونَ
Jeung taya lian sakabéhna ogé akan dikumpulkeun deui ka hareupeun Kami (keur dihisab).
33.
وَءَايَةٌ۬ لَّهُمُ ٱلۡأَرۡضُ ٱلۡمَيۡتَةُ أَحۡيَيۡنَـٰهَا وَأَخۡرَجۡنَا مِنۡہَا حَبًّ۬ا فَمِنۡهُ يَوُل
Jeung hiji tanda (kakawasaan Gusti Alloh nu gedé) pikeun maranéhna (ngeunaan dihudangkeun deui) nyaéta tanah nu cengkar. Kami hanya menggunakan taneuh sarta Kami kaluarkeun sisikian ti dinya, itu tina dan sisikian maranéhna dalahar.
34.
وَجَعَلۡنَا فِيهَا جَنَّـٰتٍ۬ مِّن نَّخِيلٍ۬ وَأَعۡنَـٰبٍ۬ وَفَجَّرۡنَا فِيہَا مِنَ ٱلۡعُيُونِ
Jeung kami nuwuhkeun di éta taneuh kebon korma jeung anggur, jeung kami kocorkeun sababaraha cinyusu (sungapan cai).
35.
لِيَأۡڪُلُواْ مِن ثَمَرِهِۦ وَمَا عَمِلَتۡهُ أَيۡدِيهِمۡ‌ۖ أَفَلَا يَشۡڪُرُونَ
Sangkan maranéhna bisa dalahar tina bubuahanana jeung saniskara anu dipigawé ku leungeun maranéhna sorangan (tapi lain nu nyieun éta bubuahan). Ku kituna, naha maranéhna beut henteu syukur?
36.
سُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلۡأَزۡوَٲجَ ڪُلَّهَا مِمَّا تُنۢبِتُ ٱلۡأَرۡضُ وَمِنۡ أَنفُسِهِمۡ وَََََََّّ
Maha Suci Alloh anu geus ngayugakeun sagala perkara papasangan, boh tina saniskara anu dituwuhkeun tina taneuh, di sebelah kiri sorangan sarta tina saniskara anu ku maranéhna henteu dipikanyaho.
37.
وَءَايَةٌ۬ لَّهُمُ ٱلَّيۡلُ نَسۡلَخُ مِنۡهُ ٱلنَّہَارَ فَإِذَا هُم مُّظۡلِمُونَ
Jeung hiji tanda (kakawasaan Alloh nu gedé) pikeun maranéhna téh nyaéta mengintip. Kami udarkeun beurang tina éta mengintip sahingga reup waé maranéhna paroékeun.
38.
وَٱلشَّمۡسُ تَجۡرِى لِمُسۡتَقَرٍّ۬ لَّهَا‌ۚ ذَٲلِكَ تَقۡدِيرُ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡعَلِيمِ
Jeung srangéngé muter dina tempat anu pinasti eukeurna (tempat peredaranana). Éta téh papastén Nu Maha Perkasa, Nu Maha Uninga.
39.
وَٱلۡقَمَرَ قَدَّرۡنَـٰهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَٱلۡعُرۡجُونِ ٱلۡقَدِيمِ
Jeung Kami geus netepkeun bulan tempat-tempatna, sahingga (ge geus nepi ka tempat nu pangtungtungna) balik deui kawas bunderan langgari nu kolot.
40.
لَا ٱلشَّمۡسُ يَنۢبَغِى لَهَآ أَن تُدۡرِكَ ٱلۡقَمَرَ وَلَا ٱلَّيۡلُ سَابِقُ ٱلنَّہَارِ‌ۚ وَكُلٌّ۬ ِى ۡ ِى ِى ِى ِى ِى ِى
Teu sawadina srangéngé nyusul bulan, jeung teu sawadina mengintip miheulaan beurang. Jeung masing-masing lumampah dina garis puteranana.
41.
وَءَايَةٌ۬ لَّهُمۡ أَنَّا حَمَلۡنَا ذُرِّيَّتَہُمۡ فِى ٱلۡفُلۡكِ ٱلۡمَشۡحُونِ
Jeung hiji tanda (kakawasaan Gusti Alloh nu gedé) pikeun maranéhna téh nyaéta Kami geus ngangkut katurunanana dina parahu (Nabi Nuh) dan pinu ku memuat.
42.
وَخَلَقۡنَا لَهُم مِّن مِّثۡلِهِۦ مَا يَرۡكَبُونَ
Jeung kami geus nyiptakeun (ku jalan ngajarkeun cara nyieuna) keur maranéhna anu sarupaning (parahu Nabi Nuh) éta, anu ku maranéhna bisa ditarumpakan.
43.
وَإِن نَّشَأۡ نُغۡرِقۡهُمۡ فَلَا صَرِيخَ لَهُمۡ وَلَا هُمۡ يُنقَذُونَ
Sementara upama Kami ngersakeun, tanwand Kami ngaremkeun maranéhna, lalu moal aya anu nulungan tur moal aya nu nyalametkeun maranéhna;
44.
إِلَّا رَحۡمَةً۬ مِّنَّا وَمَتَـٰعًا إِلَىٰ حِينٍ۬
Tapi (Kami nyalametkeun maranéhanana) ku dibikeuna rahmat nu gedé ti Kami sarta pikeun méré kasenangan hirup nepi ka hiji mangsa (ajal datang).
45.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱتَّقُواْ مَا بَيۡنَ أَيۡدِيكُمۡ وَمَا خَلۡفَكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ
Jeung upama diomongkeun ka maranéhna: "Setiap sieun aranjeun kana siksaan anu aya dihareupan anjeun (siksa dunya) jeung siksa nu akan datang (siksa akherat) pakai aranjeun dibéré rohmat." (tapi maranehanana tetep baé ngabalieur).
46.
وَمَا تَأۡتِيہِم مِّنۡ ءَايَةٍ۬ مِّنۡ ءَايَـٰتِ رَبِّہِمۡ إِلَّا كَانُواْ عَنۡہَا مُعۡرِضِينَ
Jeung sakali-kali henteu datang ka maranéhna mangrupa hiji tanda tina tanda-tanda kakawasaan Gusti Alloh, anging maranéhna ngabalieur, teu nganggap éta tanda.
47.
وإذا قيل لهم أنفقوا مما رزقكم ٱلله قال ٱلذين ڪفروا للذين ءامنوا أنطعم من لو يشآء ٱلله أطعمه إن أنتم إلا فى ضلل مبين
Jeung upama diomongkeun ka maranéhna: "Geura darmakeun sabagian tina saniskara anu dikaruniakeun Gusti Alloh ka arandika!" Pok jalma-jalma anu kalafir tau nyarita ka jalma-jalma anu ariman: "Naha kaula saréréa bertaruh kudu maraban jalma-jalam anu upama Gusti Alloh ngersakeun tanwandé Anjeunna maparin dahareun ka maranéhna?" Jika Anda suka jalma-jalma kalafir tya aya dina kasasaran nu tétéla.
48.
وَيَقُولُونَ مَتَىٰ هَـٰذَا ٱلۡوَعۡدُ إِن كُنتُمۡ صَـٰدِقِينَ
Jeung éta jalma-jalma nu kalafir téh nyarita: "Iraha atuh tumibana jangji (poé dihudangkeun / dihirupkeun deui) téh upama enya mah arandika jalma-jalma balener?"
49.
مَا يَنظُرُونَ إِلَّا صَيۡحَةً۬ وَٲحِدَةً۬ تَأۡخُذُهُمۡ وَهُمۡ يَخِصِّمُونَ
Maranéhna henteu kudu ngadagoan salian ti hiji sora jumerit anu tumiba ka maranéhna sabot maranéhna keur pacogrégan (balangah ku pacogregran, jual beuli jste).
50.
فَلَا يَسۡتَطِيعُونَ تَوۡصِيَةً۬ وَلَآ أله أَهۡلِهِمۡ يَرۡجِعُونَ
Tuluy nepi ka maranéhna henteu wasa nyieun wasiat ogé henteu bisa marulang deui ka kulawargana.
51.
وَنُفِخَ فِى ٱلصُّورِ فَإِذَا هُم مِّنَ ٱلۡأَجۡدَاثِ إِلَىٰ رَبِّهِمۡ يَنسِلُونَ
Jeung sasangkala ditiup (anu kadua), atuh ngadadak burudul maranéhna barijil tina kuburna ngadeuheus ka Pangéranana.
52.
قَالُواْ يَـٰوَيۡلَنَا مَنۢ بَعَثَنَا مِر مۡرَقَدِنَاۜ‌ۗ هَـٰذَا مَا وَعَدَ ٱلرَّحۡمَـٰنُ وَصَدُقَََُُُ
Maranéhna nyarita: "Duh, cilaka kaula saréréa! Naha saha atuh anu ngahudangkeun kaula saréréa tina pasaréan (kubur) téh? Nya ieu gening anu dijangjikeun ku (Gusti Alloh) Nu Maha Berehan, jeung nul kantape "
53.
إِن ڪَانَتۡ إِلَّا صَيۡحَةً۬ وَٲحِدَةً۬ فَإِذَا هُمۡ جَمِيعٌ۬ لَّدَيۡنَا مُحۡضَرُونَ
Jika Anda tidak memiliki salian dan ku hiji gorowokan, sapada harita burudul maranéhna saréréa dikumpulkeun hareupeun Kami.
54.
فَٱلۡيَوۡمَ لَا تُظۡلَمُ نَفۡسٌ۬ شَيۡـًٔ۬ا وَلَا تُجۡزَوۡنَ إِلَّا مَا ڪُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
Ini adalah tempat untuk Anda untuk mendapatkan lebih baik dan lebih baik daripada yang Anda inginkan, dan itu akan membuat Anda merasa seperti dibalik salian dan saniskara dan juga aranjeun geus dilampahan.
55.
إِنَّ أَصۡحَـٰبَ ٱلۡجَنَّةِ ٱلۡيَوۡمَ فِى شُغُلٍ۬ فَـٰكِهُونَ
Semua ahli ahli melihat dan melihat apa yang Anda inginkan, senang dengan senang.
56.
هُمۡ وَأَزۡوَٲجُهُمۡ فِى ظِلَـٰلٍ عَلَى ٱلۡأَرَآٮِٕكِ مُتَّكِـُٔونَ
Maranéhna katut pamajikan / salakina dariuk nyarandé handapeun anu ariuh dina dipan-dipan.
57.
لَهُمۡ فِيہَا فَـٰكِهَةٌ۬ وَلَهُم مَّا يَدَّعُونَ
Di sawta maranéhna nampa bubuahan sarta nampa saniskara anu dipenta maranéhna.
58.
سَلَـٰمٌ۬ قَوۡلاً۬ مِّن رَّبٍّ۬ رَّحِيمٍ۬
(Ka maranehna diucapkeun) "Salam" ti Gusti Alloh Nu Maha Asih.
59.
وَٱمۡتَـٰزُواْ ٱلۡيَوۡمَ أَيُّہَا ٱلۡمُجۡرِمُونَ
Jeung (diomongkeun ka nu kalafir): Geura marisah maranéh ayeuna (ti jalma-jalma nu ariman), aranjeun jalma-jalma-jalma anu jahat!
60.
أَلَمۡ أَعۡهَدۡ إِلَيۡكُمۡ يَـٰبَنِىٓ ءَادَمَ أءَن لَّا تَعۡبُدُواْ ٱلشَّيۡطَـٰنَ‌ۖ إِنَّهُ ۥ لَكُمۡمُن
Apan Kami geus méré wawadi ka maranéh, yeuh anak-incu Adam, dapatkah maranéh ulah nyembah syétan? Saéstuna syétan téh musuh anu tétéla pikeun maranéh.
61.
وَأَنِ ٱعۡبُدُونِى‌ۚ هَـٰذَا صِرَٲطٌ۬ مُّسۡتَقِيمٌ۬
Jeung maranéh kudu aribadah ka Kami, yaitu jalan anu lempeng.
62.
وَلَقَدۡ أَضَلَّ مِنكُمۡ جِبِلاًّ۬ كَثِيرًا‌ۖ أَفَلَمۡ تَكُونُواْ تَعۡقِلُونَ
Jeung saéstuna syétan téh geus nyasarkeun lolobanaan jalma ti antara maranéh. Ku kituna, naha gening maranéh henteu ngamikirkeun hal eta?
63.
هَـٰذِهِۦ جَهَنَّمُ ٱلَّتِى كُنتُمۡ تُوعَدُونَ
(Diomongkeun ka maranehna di aherat). Tah ieu naraka Jahannam anu baheula geus diancamkeun ka maranéh!
64.
ٱصۡلَوۡهَا ٱلۡيَوۡمَ بِمَا كُنتُمۡ تَكۡفُرُونَ
Baca selengkapnya tentang jerina dina poé ieu alatan maranéh baheula geus ngingkarkeun!
65.
ٱلۡيَوۡمَ نَخۡتِمُ عَلَىٰٓ أَفۡوَٲهِهِمۡ وَتُكَلِّمُنَآ أَيۡدِيہِمۡ وَتَشۡہَدُ أَرۡجُلُهُم ِ ِ َ ُ ُ ُ ُ ُ
Dina poé ieu, Kami ngabekem sungut maranéhna, sarta nyarita ka Kami leungeun maranéhna, jeung suku maranéhna nyakseni saniskara anu ku maranéhna geus dilampahkeun.
66.
وَلَوۡ نَشَآءُ لَطَمَسۡنَا عَلَىٰٓ أَعۡيُنِہِمۡ فَٱسۡتَبَقُواْ ٱلصِّرَٲطَ فَأَنَّىٰ يُبۡصِرُونَ
Jeung upama Kami ngersakeun, tanwand Kami ngaleungitkeun tetenjoan maranéhna, tuluy maranéhna akan paheula-heula néangan jalan (nu biasa dipaké), mangka rék kumaha maranéhna bisa narempo?
67.
وَلَوۡ نَشَآءُ لَمَسَخۡنَـٰهُمۡ عَلَىٰ مَڪَانَتِهِمۡ فَمَا ٱسۡتَطَـٰعُواْ مُضِيًّ۬ا وَلَا يَرۡجۡعُوَ
Jeung upama Kami ngersakeun, tanwand Kami obah maranehna di tempat-tempatna, makan maranéhna henteu sanggup leumpang deui jeung teu sanggup baralik deui (teu bisa indit ogé teu bisa datang).
68.
وَمَن نُّعَمِّرۡهُ نُنَڪِّسۡهُ فِى ٱلۡخَلۡقِ‌ۖ أَفَلَا يَعۡقِلُونَ
Jeung sing saha nu ku Kami dipanjangkeun umurna, tanwandé maranéhna ku Kami dibalikkeun ka asalna (lemah jeung kurang akal), tapi naha maranéhna henteu ngamikirkeun?
69.
وَمَا عَلَّمۡنَـٰهُ ٱلشِّعۡرَ وَمَا يَنۢبَغِى لَهُ ۥۤ‌ۚ إِنۡ هُوَ إِلَّا ذِكۡرٌ۬ وَقُرۡءَانٌ۬ مُّبِينٌ۬
Jeung Kami henteu ngajarkeun sair ka manéhna (Muhammad) jeung nyieun sair téh henteu sawadina pikeun manéhna. Éta nu ditepikeun (al Qur'an) mah taya lian ti pangwawadi jeung bacaan anu méré caang.
70.
لِّيُنذِرَ مَن كَانَ حَيًّ۬ا وَيَحِقَّ ٱلۡقَوۡلُ عَلَى ٱلۡكَـٰفِرِينَ
Supaya manéhna (Muhammad) ngawawadian ka nu hirup (hatena), meminta persetujuan (katangtuan siksaan / azab) ka nu kalafir.
71.
أَوَلَمۡ يَرَوۡاْ أَنَّا خَلَقۡنَا لَهُم مِّمَّا عَمَّا عَمِلَتۡ أَيۡدِينَآ أَنۡعَـٰمً۬ا فَهُمۡۡنَُ
Jeung naha maranéhna henteu niténan yén Kami saenyana geus ngayugakeun ku kakawasaan Kami pikeun maranéhna (kabéh manusa) sato ingon-ingon anu tuluy ku maranéhna dipibanda?
72.
وَذَلَّلۡنَـٰهَا لَهُمۡ فَمِنۡہَا رَكُوبُہُمۡ وَمِنۡہَا يَأۡكُلُونَ
Jeung Kami geus ngalilindeuk éta ingon-ingon pikeun maranéhna. Nya atuh sawaréh pikeun tutumpakanana (kendaraan), jeung anu sawaréh deui pikeun kadaharanana.
73.
وَلَهُمۡ فِيہَا مَنَـٰفِعُ وَمَشَارِبُ‌ۖ أَفَلَا يَشۡكُرُونَ
Jeung tina éta ingon-ingon téh maranéhna meunang rupa-rupa mangpaat jeung sumber inumeun. Tapi naha kunaon maranéhna bertaruh henteu syukur? (ka Gusti Alloh nu masihan éta nikmat)
74.
وَٱتَّخَذُواْ مِن دُونِ ٱللَّهِ ءَالِهَةً۬ لَّعَلَّهُمۡ يُنصَرُونَ
Jeung maranéhna ngajadikeun sembahan-sembahan (berhala) salian ti Gusti Alloh ngarah maranéhna narima pitulung.
75.
لَا يَسۡتَطِيعُونَ نَصۡرَهُمۡ وَهُمۡ لَهُمۡ جُندٌ۬ مُّحۡضَرُن
Berhala-berhala éta téh teu daya nulungan maranéhna (nu kalafir), padahal berhta berhala-berhala téh dijadikeun balatentara keur ngajaga maranéhna (jaga di naraka).
76.
فَلَا يَحۡزُنكَ قَوۡلُهُمۡ‌ۘ إِنَّا نَعۡلَمُ مَا يُسِرُّونَ وَمَا يُعۡلِنُونَ
Ku kituna poma ulah pisan anjeun (Muhammad) nalangsa ku omongan maranéhna (nu kalafir). Kami Kami nyaho kana saniskara anu ku maranéhna dirusiahkeun jeung kana saniskara anu ku maranéhna dikedalkeun (ditembrakkeun).
77.
أَوَلَمۡ يَرَ ٱلۡإِنسَـٰنُ أَنَّا خَلَقۡنَـٰهُ مِن نُّطۡفَةٍ۬ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ۬ مُّبِينٌ۬
Jeung naha manusa téh henteu merhatikeun yen Kami ngayugakeun maranehna téh tina nutfah (cimani). Tapi ujug-ujug maranéhna jadi panangtang anu tétéla (ngabalieurkeun poéan dibangkitkeun tina kubur).
78.
وَضَرَبَ لَنَا مَثَلاً۬ وَنَسِىَ خَلۡقَهُ ۥ‌ۖ قَالَ مَن يُحۡىِ ٱلۡعِظَـٰمَ وَهِىَ رَمِيمٌ۬
Jeung manéhna ngamisilkeun Kami (saperti manusa), sarta manéhna lat wa poho kana asal kajadianana, sarta pokna: "Saha anu bisa ngahirupkeun tulang-taléng anu geus ancur?"
79.
قُلۡ يُحۡيِيہَا ٱلَّذِىٓ أَنشَأَهَآ أَوَّلَ مَرَّةٍ۬‌ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلۡقٍ عَلِيمٌ
Pek caritakeun: "Tambahkan baris ke tulangnya Gusti Alloh dan ngayugakeunana ti mimitina. Jeung Anjeunna uninga nu ngeunaan sagala ciptaan mahlukna.
80.
لَكُم مِّنَ ٱلشَّجَرِ ٱلۡأَخۡضَرِ نَارً۬ا فَإِذَآ أَنتُم مِّنۡهُ تُوقِدُونَ
Nyaéta Gusti Alloh anu ngajadikeun pikeun arandika (sakabéh manusa) seuneu tina kai nu héjo, itu ti dinya arandika bisa mirun seuneu. "
81.
أَوَلَيۡسَ ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٲتِ وَٱلۡأَرۡضَ بِقَـٰدِرٍ عَلَىٰٓ أَن يَخۡلُقَ مِثۡلَهُم‌ۚ بَلَََََََََََّ
Apa yang Anda bisa lakukan tentang langit katut bumi untuk kawaii nyiptakeun deui jasad-jasad nu geus ancur? Pasti, karana Anjeunna Nu Maha Kawasa. Jeung Anjeuna Maha Ngayugakeun sarta Maha Uninga.
82.

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْئًا أَنْ يَقُولَ لَهُ كُنْ فَيَكُونُ
Saenyana tian lian pidawuh-Na upama Anjeunna ngersakeun hiji perkara (nyiptakeun naon bae) maka Anjeunna mah ngan ukur ngadawuh: "Jadi!" jleg wéh jadi.
83.
فَسُبۡحَـٰنَ ٱلَّذِى بِيَدِهِۦ مَلَكُوتُ كُلِّ شَىۡءٍ۬ وَإِلَيۡهِ تُرۡجَعُونَ
Saenyana Maha Suci Gusti Alloh, dina panangan Anjeunna kakawasaan kana sagala-galana; jeung ngan ka Anjeunna maranéh akan dipulangkeun.